Tak Seindah Pelangi
“Kata bapak hidup ini tak seindah pelangi, namun kami harus ikhlas menjalani. Dan harus berjuang untuk menggapai cita-cita, supaya dapat membanggakan keluarga. Ya, itulah yang disampaikan kepada kita”
Setiap anak pasti menginginkan keluarga yang rukun dan juga harmonis, karena itu merupakaan tempat berbagi masalah, kegembiraan, keluh kesah dan hal utama dalam pembentukan karaKter. Namun tak semua mempunyai keluarga seperti itu, seiring berjalannya waktu pasti banyak permasalahan dalam kehidupan rumah tangga orang tua.
Kehilangan kasih sayang, sedih, kecewa, sepi dan kurang perhatian yang dirasakan oleh anak-anak mereka. Rumah seakan seperti neraka ketika orang tua sedang bertengkar. Belum lagi orang sekitar rumah selalu mengganggap rendah tentang dirinya serta keluarga. Banyak ocehan dan ejekan yang setiap hari didengar. Itu yang dirasakan dari mereka korban broken home. Miris memang, tapi begitulah namanya kehidupan korban broken home sudah menjadi takdir dan harus dilalui.
Namun itu semua tak berarti bagi Yoga Adi Saputra dan Ragil Kurniawan, kakak beradik yang menjadi santri di Panti Asuhan Istiqomah binaan Lembaga Amil Zakat Dompet Amanah Umat (LAZ DAU) sejak dua tahun lalu. Yoga dan Ragil begitulah panggilan akrab mereka, anak ke empat dan ke lima dari lima bersaudara. Bukan karena orang tua yang meninggalkannya, namun mereka ingin anak-anaknya bisa terus sekolah, menjadi anak baik dan tidak terbebani oleh perceraian mereka.
Anggapan ketika orang tua sudah tak tinggal bersama lagi, anaklah yang akan menjadi korban baik batin dan psikisnya, itu memang benar terjadi pada sebagian anak. Namun tampaknya itu semua tak terjadi bagi Yoga dan Ragil, mereka termasuk anak-anak yang kuat sekaligus patuh kepada kedua orang tua. Contohnya saja, waktu diajak ayahnya untuk tinggal di Panti Asuhan Istiqomah.
“Waktu diajak kesini bapak pernah bilang, bukan berarti bapak tak sayang kepada kami tapi beliau hanya ingin yoga dan adik bisa sekolah lagi sekaligus dapat menggapai cita-cita yang kami ingini,” Tutur yoga.
Layaknya anak-anak pada umumnya, Yoga dan Ragil pasti memiliki cita-cita dan mimpi yang ingin mereka capai. Tak peduli jika orang lain menganggapnya itu hanya sebuah angan-angan ataupun impian belaka, terpenting mereka tetap usaha dan mau bekerja keras untuk menggapainya.
“Kalau Ragil ingin jadi bos rental mobil, supaya uangnya bisa dikasihkan ke bapak. Sedangkan kalau mas Yoga, pengennya jadi seorang pemadam kebakaran. Katanya biar bisa bantu banyak orang yang tertimpa musibah kebakaran atau lainnya.” Tutur Ragil sambil tersenyum.
Kalau ditanya rindu, pasti anak-anak tidak bisa membohongi hati. Terkadang mereka menahannya dengan menangis secara diam-diam, sampai hatinya merasa tenang dan tak ada kangen yang membekas. Ya, setidaknya rasa itu bisa terobati dengan dikunjungi ayah setahun dua kali.
Hidup itu memang tak seindah pelangi, yang kedatangannya selalu dingini dan di nanti. Walaupun warnanya terlalu banyak, namun nampak indah dan mampu membuat orang merasa jauh lebih bahagia. (red : slm)
Leave a comment