Apa Kontribusi Kita untuk Palestina?
Di antara persoalan besar umat Islam adalah kenyataan: Bahwa, Masjid Al-Aqsha dan Palestina masih menjadi jajahan Israel. Warga Palestina, masih sangat menderita. Lihatlah, pada pekan terakhir Ramadhan 2021 Israel kembali merusak dan menyerang Palestina.
Cermatilah, antara lain berita-berita ini: “Israel Serang Masjid Al-Aqsha, 200 Orang Terluka” (www.cnbcindonesia.com 9 Mei 2021). “Serangan Israel Berlanjut, Warga Palestina Korban Tewas Jadi 212” (www.detik.com ). “Israel Terus Gempur Gaza, Korban Jiwa Warga Palestina Bertambah Jadi 217” (www.detik.com 19 Mei 2021).
Sikap Kita?
Kebrutalan Israel telah berlangsung lama. Sekadar menyebut, perhatikanlah berita sembilan tahun sebelumnya: “Israel Semakin Brutal”. Judul itu dipilih www.gatra.com pada 21/11/2012 saat mengabarkan kekejian Israel terhadap Palestina.
Atas tragedi di Palestina itu, masyarakat internasional mengecam dan mengutuk Israel. Demonstrasi menentang Israel berlangsung di berbagai tempat. Aktivitas itu tidak hanya di negara-negara yang mayoritas berpenduduk Muslim. Bacalah antara lain berita-berita ini: “Unjuk Rasa Besar-besaran di Berbagai Negara Kecam Israel” (www.inews.id 12 Mei 2021). “Aksi Demo Kecam Serangan Brutal Israel Meluas di Banyak Negara, di Berlin Diikuti Ribuan Orang” (www.tribunnews.com 15 Mei 2021).
Selanjutnya, mengemuka tanya: Apa sikap kita? Apa yang sudah kita kerjakan untuk menolong Palestina?
Puisi Pemantik Ghirah
Pada 1989 Taufiq Ismail menulis puisi berjudul “Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu”. Isi puisi itu masih relevan untuk kita jadikan media renungan dalam usaha introspeksi atas peran yang (telah) kita lakukan untuk membantu Palestina.
………………………………….
Ketika kiblat pertama mereka gerek dan keroki bagai kelakuan reptilia bawah tanah/ dan sepatu-sepatu serdadu menginjaki tumpuan kening kita semua,/ serasa runtuh lantai papan surau tempat aku waktu kecil belajar tajwid Al-Qur’an 40 tahun silam, …...
Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu/ Ketika anak-anak kecil di Gaza belasan tahun bilangan umur mereka, menjawab laras baja dengan timpukan batu cuma,/ lalu dipatahi pergelangan tangan dan lengannya,/ siapakah yang tak menjerit serasa anak-anak kami Indonesia jua yang dizalimi mereka/ Tapi saksikan tulang muda mereka yang patah akan bertaut dan mengulurkan rantai amat panjangnya,/ pembelit leher lawan mereka,/ penyeret tubuh si zalim ke neraka./
Ketika kusimak puisi-puisi Fadwa Tuqan, Samir Al-Qassem, Harun Hashim Rashid, Jabra Ibrahim Jabra, Nizar Qabbani dan seterusnya yang dibacakan di Pusat Kesenian Jakarta,/ jantung kami semua berdegup dua kali lebih gencar/ lalu tersayat oleh sembilu bambu deritamu,/ darah kami-pun memancar ke atas lalu meneteskan guratan kaligrafi ‘Allahu Akbar!’ dan ‘Bebaskan Palestina!’/
Ketika pabrik tak bernama 1000 ton sepekan memproduksi dusta,/ menebarkannya ke media cetak dan elektronika,/ mengoyaki tenda-tenda pengungsi di padang pasir belantara,/ membangkangit resolusi-resolusi majelis terhormat di dunia,/ membantai di Shabra dan Shatila, mengintai Yasser Arafat dan semua pejuang negeri Anda,/ aku-pun berseru pada khatib dan imam shalat Jum’at sedunia:/ doakan kolektif dengan kuat seluruh dan setiap pejuang yang menapak jalan-Nya, yang ditembaki dan kini dalam penjara,/ lalu dengan kukuh kita bacalah ‘laquwwatta illa bi-Llah!’/
Palestina, bagaimana bisa aku melupakanmu/ Tanahku jauh, bila diukur kilometer, beribu-ribu/ Tapi azan Masjidil Aqsha yang merdu/ Serasa terdengar di telingaku./
Bukti Iman
Sekali lagi, apa sikap kita terhadap Palestina? Apa kontribusi kita, setelah puasa Ramadhan-misalnya-, telah mendidik kita untuk selalu peduli kepada sesama dan terlebih lagi kepada kaum beriman?
Pikirkanlah selalu masalah Palestina. Senantiasa gelisahlah dengan peringatan Nabi Saw ini: “Barangsiapa yang pada pagi harinya hasrat dunianya lebih besar maka itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah. Barangsiapa yang tidak takut kepada Allah maka itu tidak ada apa-apanya di sisi Allah. Barangsiapa yang tidak perhatian dengan urusan kaum muslimin semuanya maka dia bukan golongan mereka” (HR Al-Hakim dan Baihaqi).
Terutama untuk disebut terakhir di atas, benar-benar perhatikanlah. Bahwa Rasulullah Saw tidak suka kepada umat Islam yang tidak peduli kepada urusan saudaranya yang seiman. Bahkan, di hadits di atas, bagi yang tidak peduli terhadap urusan kaum Muslimin bisa terancam keluar dari golongan Muslim.
Oleh : M. Anwar Djaelani
Leave a comment