BERQURBANLAH MESKI NYAWA TARUHANNNYA
Ya, berqurbanlah meski nyawa taruhannya, secara temuan berqurban sebenarnya harus tega menghilangkan nyawa hewan dan berani mengalirkan darah, berani menjagal daging dan memotong-motong dalam rangka taqorrub ilallah (mendekatkan diri pada Allah).
Qurban di masa Nabi Ibrahim AS.
Dari sejarah Ibadah berqurban diperintahkan oleh Allah melalui kisah Nabi Ibrahim AS. Dimana Nabi Ibrahim mendapatkan wahyu berupa mimpi untuk menyembelih anak kesayangannya yakni Ismail yang telah dia idam-idamkan sejak lama. Mimpi tersebut merupakan perintah dari Allah yang menguji keimanan dan ketaatan Nabi Ibrahim kepada-Nya.
Dengan rela dan ikhlas, Nabi Ibrahim dan putranya Ismail pun mematuhi dan melaksanakan perintah tersebut. Dalam sebuah riwayat diceritakan bahwa usia Ismail sekitar 6 atau 7 tahun. Nabi Ibrahim melaksanakan perintah Allah untuk menyembelih Ismail. Rencana itu pun berubah drastis, ditebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
Jika belajar dan mengambil hikmah dari Qurban yang dilakukan oleh Nabi Ibrohim mengajarkan kita untuk berqurban dalam arti berkorban dalam rangka menjalankan perintah Allah harus dilakukan meski taruhannya nyawa sekalipun. Dengan hal tersebut juga seakan Allah butuh persembahan penyembelihan daging dan hewan untuk disembelih namun dibantah oleh Allah bahwa :
“Daging-daging untak dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah, tetapi Ketakwaan dari kamulah yang dapat mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.” (QS. al-Haj: 37 ).
Dengan demikian, Allah yang Maha Esa tidak membutuhkan daging atau darah karenanya berqurban adalah simbol rasa syukur dengan cara berbagi daging qurban kepada sesama manusia. Justru yang terpenting dalam berqurban adalah, penyembelihan dilakukan dengan menyebut nama Allah.
Qurban dimasa Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW melakukan qurban pada waktu Haji Wada di Mina setelah shalat Idul Adha. Beliau menyembelih 100 ekor unta, 70 ekor disembelih dengan tangannya sendiri dan 30 ekor disembelih oleh Sayyidina Ali Ra. QS. al-Hajj/22:36.
Dari kisah tersebut pelajaran yang didapat bahwa berqurban lebih utama dan afdhal jika penyembelihan hewan qurban disembelih dengan tangan sendiri. Dari pada disembelihkan pada orang lain kecuali memang belum mampu dan boleh disembelih dan diwakilkan orang lain.
Perluas Kebaikan Qurban
#Perluas Kebaikan, tagar ini merupakan tema Penyaluran Qurban di DAU 2021. Berubah dari tahun tahun sebelumnya yang mengambil tema Qurban Multimanfaat yang menonjolkan qurban diberikan pada pemulung, yatim dhuafa, santri penghafal quran, tukang becak dan sebagainya.
Dari berbagai usulan tema untuk tahun ini akhirnya terpilih dengan yang ditagari tadi yaitu “perluas kebaikaan”, di maksudkan daqing qurban tidak hanya numpuk diperkotaan. DAU berinisiatif untuk mengajak para mudhohi mendukung program ini untuk disalurkan ke pelosok desa yang biasanya dipelosok desa jarang sekali ada daging qurban.
Dengan demikian, berqurban yang terbaik harus diniatkan dalam rangka ikhlas menjalankan perintah dan taqorrub pada Allah sebagai tanda lebih mencintai Allah dari pada lainnya (lihat QS Al Taubah; 24). jadi alasan yang tidak dibernarkan jika mencintai anak dan keluarga sampai-sampai meninggalkan apa yang diperintah dan melanggar apa yang dilarang oleh Allah. Untuk perluas kebaikan qurban kita sebagai kepedulian sosial kita salurkan qurban pada yang jarang menerima daqing hewan yaitu pelosok desa. Semoga qurban kita lebih terasa manfaatnya. Aamiin.
Oleh : Zaini Syam
Leave a comment