Dokter Cinta untuk Orang Tua
Menjadi dokter itu bukan hanya menyembuhkan dan menyuntik orang sakit saja, namun juga harus bisa menebar rasa cinta untuk menyembuhkan luka dalam hati mereka.
Tugas utama seorang dokter memang menyembuhkan dan mewarat orang sakit, tapi tidak bagi Fika Herlina Auliya. Baginya, profesi itu juga harus mampu menebar rasa cinta untuk menyembuhkan setiap hati yang terluka.
“Broken Home”. Kata ini mungkin sudah tak asing lagi didengar oleh telinga kita, salah satu pemicu seseorang kehilangan jati dirinya. Banyak pula dari masyarakat yang memberikan label sebagai anak pemberontak, brutal, pergaulan bebas, narkoba dan hal buruk lainnya. Padahal kenyataannya tidak seperti itu. Karena tidak semua menjadi buruk setelah patah.
Ada pula beberapa dari mereka yang sengaja mencuri perhatian sekitarnya dengan cara positif, bahkan tak terkontaminasi sama sekali dengan hal-hal yang negatif. Karakter mereka yang begitu kuat, membuatnya sadar akan kekeringan dalam keluarganya harus segera teratasi.
Kondisi itulah yang menjadi titik balik bagi mereka, untuk bangkit dan mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Dan inilah yang dirasakan oleh Fika Herlina Auliya, salah satu penerima beasiswa dari Lembaga Amil Zakat Dompet Amanah Umat (LAZ DAU), melalui Program Senyum Masa Depan (SMP).
Fika begitu panggilan akrabnya, yang dibesarkan sebagai anak tunggal tak lantas membuatnya menjadi anak manja dan semena-mena. Bukannya ia tak mau diperlakukan semanis itu, tapi keadaanlah yang memaksa ia menjadi sosok lebih tegar, dewasa serta selalu tersenyum jika ditanya mengenai masalah keluarganya. Kedua orang tuanya memang tak lagi tinggal serumah, tapi dia tetap bisa menerima keputusan itu meski menyisakan luka.
Namun itu semua bukan membuatnya semakin malas atau bahkan ikut pergaulan bebas, malah ia menjadi anak berprestasi di sekolahnya. Buktinya saja, ia selalu masuk peringkat tiga besar di kelasnya dari kelas satu sampai dengan lima. Walaupun ia tak belajar di salah satu tempat bimbingan, tetapi ia bisa mengalahkan teman-temannya.
“Alhamdulillah, Fika selalu mendapat juara, walaupun selalu bergantian antara satu dan dua. Fika sangat bersyukur bisa masuk tiga besar setiap tahunnya, hitung-hitung ini hadiah untuk ibu karena sudah mau bekerja keras untuk membiayai sekolah Fika,” tuturnya sambil tersenyum.
Siswa yang sedang duduk di kelas lima bangku Madrasah Ibtidaiyah (MI) Al Hidayah Sedati-Sidoarjo ini, merupakan anak dari seorang penjaga tambak dan pengupas kerang. Mempunyai sebuah cita-cita yang sangat mulia, yakni sebagai seorang dokter yang selalu menolong orang tanpa pamrih dan belas kasih.
“Saya ingin menjadi seorang dokter yang selalu menolong warga tidak mampu, kalau perlu memberikan pengobatan gratis. Bukan hanya itu saja, tapi saya juga berharap bisa menghadirkan cinta untuk mereka agar sembuh bisa sembuh total dari penyakitnya,” tambahnya sambil tersenyum.
Namun, ada satu alasan tersirat dari dalam diri Fika, yang gigih ingin menjadi seorang dokter. Yakni, ingin menjadi dokter cinta untuk kedua orang tuanya. Walaupun rasanya itu tak mungkin, tapi apa salahnya jika ia menginginkannya. Doakan saja, semoga impiannya bisa tercapai suatu hari nanti. Aamiin. (red:slm)
Monejeawn31-Jul,2024 10:52
<a href=https://cialis.lat/discover-the-best-prices-for-cialis>cialis for sale in usa</a> In arterial pulse pressure variation of 13 during respiratory cycle, the respective values were 94 and 96 39