Haru! Kisah Rasul dan Anak Yatim di Hari Raya
Dikisahkan, pada hari raya rasulullah berjalan di sudut kota Madinah. Terlihat seorang gadis kecil dengan pakaian yang lusuh dan tidak terawat duduk dengan sedih dan menangis. Rasulullah melihat gadis kecil itu, kemudian menghampirinya dan bertanya: “Nak, apa gerangan kamu menangis di saat teman-temanmu sedang bergembira merayakan hari raya? Gadis kecil itu tidak mengerti kalau yang bertanya ini adalah rasulullah.
Kemudian ia menjawab, “Wahai Paman, Ayahku telah gugur di medan jihad dalam pertempuran bersama rasulullah, sedangkan Ibuku menikah lagi dengan seseorang yang tidak peduli padaku. Ibuku dan suaminya memakan harta warisan dari ayahku dan menempati rumahku. Kemudian aku diusir oleh ayah tiriku. Saat ini aku bukan siapa-siapa, tidak punya apa-apa. Sedangkan teman-temanku bergembira, merayakan hari raya bersama keluarga mereka. Seandainya ayahku masih hidup, tentulah aku sangat senang merayakan hari raya bersamanya.
Mendengarkan cerita yang memilukan itu, rasulullah bertanya “Nak, apakah kamu mau kalau Muhammad Rasulullah menjadi Ayahmu, Aisyah menjadi Ibumu, Ali sebagai pamanmu, Hasan dan Husen sebagai saudaramu dan Fatimah sebagai saudarimu? Mendegar tawaran ini, gadis kecil ini mengerti bahwa yang diajak berbicara adalah Muhammad Rasulullah. Seketika gadis kecil ini bergembira dan sedang mendengar tawaran dari rasul. Ia menyatakan kesediannya dengan penuh gembira. Rasul pun membawa gadis kecil ini pulang ke rumahnya, kemudian dimadikan dan diberi pakaian yang terbaik. Ia diberi wewangian dan diberi makan.
Kemudian, gadis kecil ini kembali bermain dengan teman-temannya dengan gembira ria. Hingga, temannya bertanya? Mengapa sebelum ini kamu menangis, sedangkan sekarang kamu terlihat sangat senang? Gadis kecil ini menjawab: “ia, sebelum ini saya lapar, sedangkan sekarang saya sudah kenyang. Sebelum ini saya berpakaian yang lusuh, tapi lihatlah sekarang saya berpakaian yang baik. Sebelum ini saya menjadi anak yatim, sekarang saya sudah memiliki ayah yaitu Rasulullah, Aisyah adalah Ibuku, Hasan dan Husen adalah saudaraku, Ali adalah pamanku, Fatimah adalah saudaraku”. Karena itulah, Aku bergembira saat ini.
Begitu pedulinya rasulullah terhadap anak yatim dan orang yang merawat anak yatim, sampai-sampai beliau bersabda:
“Saya bersama orang yang menanggung anak yatim seperti jari telunjuk dan jari tengah (berdampingan) di surga” HR. Bukhari.
Mendengar perbincangan tersebut, teman-temannya menginginkan nasib yang sama. “seandainya ayahku juga gugur dalam pertempuran ketika jihad, tentulah aku diangkat anak oleh Rasulullah”.
Oleh : Moh. Takwil, M.Pd, COO DAU dan Dosen STAI Alif Laam Miim Surabaya
Leave a comment