Liburan
Sudah menjadi kebiasan umum. Memasuki bulan Desember kebanyakan orang telah merancang bahkan 2 hingga 3 bulan sebelumnya, sudah merancang liburan akhir tahun. Ada yang sekadar ingin kumpul-kumpul dengan keluarga. Ada pula yang ingin habiskan akhir tahun dengan menghibur diri semalam suntuk dengan disertai makanan ringan maupun berat. Sesekali juga mendengarkan musik dan nyaris melalaikan aktifitas dunia hingga tak bisa lagi mengingat (taqorrub) kepada Allah.
Padahal setiap akhir tahun, sesungguhnya umur kita semakin mengerucut mendekati kematian. Karena batas umur kita sudah terkurangi dan terus tergerus dengan zaman. Tapi banyak juga yang tak merasa bahwa umur yang semakin pendek dan mendekati kematian itu justru semakin lalai dan melalaikan diri kepada Tuhan Sang Pencipta.
Demikian pula, disaat yang bersamaan liburan, terkadang kita juga lebih memikirkan hiburan ketimbang koreksi diri (muhasabah). Hiburan seakan bisa menghilangkan dan meringankan kesibukan keseharian. Ya. Itulah hiburan dunia.
Mengapa orang mencari hiburan? Tentu jawabannya dapat beragam sesuai dengan latar belakang orang tersebut. Biasanya adalah karena kepenatan dalam melakukan rutinitas, seperti bekerja, mengurus rumah tangga, dan lain sebagainya.
Hiburan Haruslah yang Bermanfaat.
Hiburan memang mampu membuat hati yang tegang menjadi tenang dan badan yang capek menjadi rileks, tantu saja jika dilakukan dengan proporsional dan secukupnya, namun jika berlebih-lebihan, maka yang terjadi adalah sebaliknya.
Dalam mendefinisikan liburan, setiap orang berbeda-beda. Namun pada dasarnya Hiburan adalah sesuatu yang membuat orang yang melakukannya menjadi senang dan gembira.
Ada banyak orang yang menghibur dirinya dengan hal-hal/aktivitas-aktivitas yang positif seperti membantu orang lain, menbaca Al-Qur’an dan buku, mengikuti kajian-kajian, aktif di organisasi dakwah dan lain-lain. Walaupun jika dilihat kegiatan-kegiatan tersebut tergolong berat namun karena mindset (cara pandang) orang tersebut sudah terbentuk sedemikian rupa maka mereka akan merasa rugi jika waktu libur mereka digunakan untuk kegiatan yang lain.
Ada banyak pula orang yang menghibur dirinya hal-hal yang negatif (terlepas apakah mereka tahu atau tidak, hiburan yang mereka nikmati adalah hal negatif).
Sebagai contoh dengan menghabiskan waktu jalan-jalan ke Mall dan nonton bioskop, karena sudah menjadi hal yang wajar. Di kalangan masyarakat jenis hiburan tersebut dianggap biasa dan lumrah, yang lebih ekstrim lagi adalah jika tidak mengenal hal tersebut maka dianggap tidak gaul dan ketinggalan jaman.
Orang boleh-boleh saja jalan-jalan ke Mall/Pasar jika ada keperluannya (yaitu belanja), namun jika niatnya adalah hanya untuk jalan-jalan saja sambil ”cuci mata” tentu bukan pahala yang didapat melainkan dosa yang akan menjerumuskan ke dalam neraka.
Ingatkan Saudaramu
Jadi menghindari liburan yang sia-sia, pun dengan hiburan yang melalaikan pada diri sendiri, orang lain dan kepada Allah. Sudah menjadi kewajiban kita untuk segera menghindar. Karena jika terus menerus liburan dan hiburan menjadi bagian hidupnya, khawatir mendorong pada kesombongan diri. Karena selama liburan telah hadir atau menuju ke tempat-tempat tujuan sesuai dengan nafsu beserta hiburan yang menyertainya.
Ganti dengan ketawadhu’an
Kebalikan dari sikap sombong adalah sikap tawadhu’ (rendah hati). Sikap inilah yang merupakan sikap terpuji, yang merupakan salah satu sifat ‘ibaadur Rahman yang Allah terangkan dalam firman-Nya,
“Hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih adalah orang-orang yang berjalan di atas muka bumi dengan rendah hati (tawadhu’) dan apabila orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik.” (QS. Al Furqaan: 63)
Diriwayatkan dari Iyadh bin Himar radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda,
‘Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian bersikap rendah hati hingga tidak seorang pun yang bangga atas yang lain dan tidak ada yang berbuat aniaya terhadap yang lain” (HR Muslim no. 2865).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sedekah itu tidak akan mengurangi harta. Tidak ada orang yang memberi maaf kepada orang lain, melainkan Allah akan menambah kemuliaan untuknya. Dan tidak ada orang yang tawadhu’ (merendahkan diri) karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya.” (HR. Muslim no. 2588)
Sikap tawadhu’ inilah yang akan mengangkat derajat seorang hamba, sebagaimana Allah berfirman,
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat “ (QS. Al Mujadilah: 11).
Termasuk buah dari lmu yang paling agung adalah sikap tawadhu’. Tawadhu’ adalah ketundukan secara total terhadap kebenaran, dan tunduk terhadap perintah Allah dan Rasul-Nya dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan disertai sikap tawadhu’ terhadap manusia dengan bersikap merenadahkan hati, memperhatikan mereka baik yang tua maupun muda, dan memuliakan mereka. (A. Zakki)
Leave a comment