lazdau-Mentaati Allah 14 Jun, 2021

Mentaati Allah

Tak lama lagi kita akan ‘berpesta’ daging. Berbagai masakan dan menu olahan daging di rumah-rumah kaum muslimin membuncah. Bahkan umat manusia lainnya pun ikut merasakan kebahagiannya.

Di hari yang penuh dengan keagungan Allah dan keberkahan makanan, utamanya daging menjadi special di hari itu. Mereka menikmati suguhan menu daging dengan penuh keberkahan. Hal ini karena sosok Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail mentaati Allah dengan menjalankan kesungguhan ibadah.

Hari Raya Idul Adha yang kita nantikan setiap tahunnya adalah hadiah besar dari Allah SWT atas ketaatan Nabi Ibrahim dan juga Ismail. (QS. As-Shaaffaat:102-111). Hadiah besar yang diberikan Allah karena keta’atan paripurna dua makhluknya, namun berkah hadiah itu turut kita nikmati sampai sekarang.

Bertahun-tahun lamanya Nabi Ibrahim menantikan hadirnya seorang anak, sampai akhirnya Allah memberikan kabar gembira  dengan seorang anak yang amat sabar. (QS. As-Shaaffaat: 101). Dialah Ismail. Tentu tidak dapat dilukiskan bagaimana kegembiraan Nabi Ibrahim. Namun rupanya Allah menguji kecintaan dan keta’atan Ibrahim kepada-Nya.

Allah memerintahkan Nabi Ibrahim untuk meninggalkan istri dan anaknya yang baru lahir di sebuah padang pasir gersang. Tidak ada tumbuhan, tidak ada air, apalagi makanan. Hati suami dan ayah mana yang tega meninggalkan orang yang dicintainya dalam keadaan seperti itu.

Namun Subhanallah, Nabi Ibrahim menjalankannya. Pun dengan istrinya Hajar. Dia ikhlas ditinggalkan suami di padang pasir gersang tersebut. Hanya dia dan anaknya. Hajar yakin, bahwa Allahlah yang menjamin kehidupannya dan anaknya. Juga kehidupan seluruh manusia di muka bumi ini.

Demikianlah, Allah mengganti ketaatan dan pengorbanan Hajar dengan berkah yang luar biasa besar. Padang pasir gersang menjadi daerah subur penuh kekayaan alam. Didatangi oleh beratus-ratus juta jamaah setiap tahunnya. Air Zamzam yang tidak pernah kering. Itulah hadiah ketaatan Hajar. Berkahnya masih kita rasakan sampai sekarang.

 

 

Nabi Ibrahim telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pergorbanan puteranya, untuk berbakti melaksanakan perintah Allah. Sedangkan Nabi Ismail tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam  kebaktiannya kepada-Nya, dan kepada orangtuanya dengan menyerahkan jiwa raga untuk dikorbankan. Kisah keteguhan di atas adalah bagian dari sejarah diperingati sebagai hari Raya Idul  Qurban.

Dari kisah tersebutlah kemudian berkurban di Idhul Adha disunahkan bagi setiap muslim. Beberapa hikmah yang bisa diambil dari kisah Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail ialah sebagai berikut.

1. Kecintaan kepada Allah harus lebih besar dibandingkan kepada anak dan istri

2. Seorang muslim adakalanya mendapatkan ujian berat untuk menguji keimanannya

3. Wajib seorang anak taat kepada orangtua dalam hal kebaikan

4. Disunahkan berkurban bagi yang mampu sebagai ketaatan

5. Ada balasan kebaikan di balik setiap ujian

Sebagai muslim yang taat selayaknya untuk menjalankan dan menegakkan syariat Islam. Karena setiap perintah dan larangan dari Allah taala, pastilah ada keberkahan yang menyertai umat manusia dalam kehidupannya. (A. Zakki)

 

0 Komentar

Leave a comment