Ramadhan Lebaran Anak Yatim
Syekh Utsman bin Hasan bin Ahmad as-Syakir al-Khuwairy (salah satu ulama abad ke-13) dalam kitab Durratun Nashihin, menjelaskan salah satu hadis riwayat Anas bin Malik yang mengisahkan sosok anak yatim yang bersedih di hari raya Idul Fitri. Kemudian, karena iba, Rasulullah saw pun mengasuhnya. Dikisahkan, suatu ketika Rasulullah saw berangkat untuk melaksanakan shalat ‘Id. Di perjalanan, beliau melihat begitu banyak anak-anak bermain dengan cerianya. Tapi, Rasulullah terkejut begitu di hadapannya ada seorang anak kecil seorang diri dengan pakaian kumal sembari menangis. Merasa iba, Rasulullah saw pun bertanya, “Wahai anak kecil, apa yang membuatmu menangis. Kenapa tidak ikut bermain bersama teman-temanmu?” Kebetulan anak kecil itu tidak tahu, bahwa yang di hadapannya adalah Sang Rasul. Anak itu menjawab, “Wahai laki-laki di hadapanku, ayahku telah meninggal saat mengikuti suatu peperangan bersama Rasulullah. Setelah itu, ibuku menikah lagi dan memakan semua harta-hartaku. Lalu bapak tiriku mengusirku dari rumah.” “Sejak itu, aku pun tidak lagi memiliki makanan, minuman, pakaian dan rumah. Ketika telah sampai hari ini (Idul Fitri), aku melihat begitu banyak anak-anak berbahagia dengan ayah-ayah mereka. Aku pun sedih dan menangis.” Setelah mendengar penjelasan anak yatim tadi, Rasulullah merasa begitu iba dan bermaksud untuk merawatnya. “Wahai anak kecil, bersediakah jika aku menjadi bapakmu, ‘Aisyah menjadi ibumu, Ali menjadi pamanmu, Hasan dan Husein menjadi kedua saudara laki-lakimu, dan Fatimah menjadi saudara perempuanmu?” tawar Rasulullah. Anak itu pun tahu, bahwa laki-laki yang di hadapannya itu adalah Rasulullah. “Bagaimana mungkin aku tidak senang wahai Rasulullah,” jawab sang anak dengan penuh gembira. Nabi pun membawanya pulang ke rumahnya. Memberinya pakaian yang indah, memberi makan sampai kenyang, menghiasinya dan memberinya minyak wangi yang harum. Sekarang, anak yatim itu bisa bermain dengan penuh tawa bahagia bersama teman-teman seusianya. Melihat itu, anak-anak yang lain melihatnya penasaran, “Bukannya engkau yang dulu menangis, mengapa sekarang terlihat begitu bahagia?” tanya mereka penasaran. Anak yatim itu menjawab, “Memang, dulu aku kelaparan, tapi sekarang aku kenyang. Dulu pakaianku buruk, kini sudah tidak lagi. Dulu aku seorang yatim, tapi kini Rasulullah adalah ayahku, ‘Aisyah ibuku, Hasan dan Husein saudara laki-lakiku, Ali pamanku, dan Fatimah saudara perempuanku. Bagaimana mungkin aku tidak bahagia?” Anak-anak yang mendengar pengakuan itu merasa iri. “Andai saja bapak kami syahid saat peperangan, pasti sudah seperti engkau.”
Apa yang dicontohkan Rasulullah di atas merupakan dorongan bagi umatnya untuk selalu menyantuni dan mengasihi anak yatim. Ada banyak sekali hadits-hadits nabi yang menjelaskan anjuran dan keutamaan menyantuni anak yatim. Dalam satu hadits, Nabi bersabda:
Artinya, “Aku dan orang yang mengurus (menanggung) anak yatim (kedudukannya) di dalam surga seperti ini.” Beliau mengisyaratkan dengan (kedua jarinya yaitu) telunjuk dan jari tengah serta agak merenggangkan keduanya.” (HR.Bukhari).
Hadits di atas menunjukkan betapa besar keutamaan yang diperoleh orang yang mau mengurus anak yatim. Sampai-sampai, saking begitu dekatnya, diibaratkan seperti dua jari (jari teulunjuk dan jari tengah) yang begitu dekat. Pengibaratan ‘seperti kedua jari yang berdampingan’ ini menunjukkan balasan mulia bagi orang yang mengurusi akan yatim, yaitu cepat masuk surga dan kedudukan tertinggi di dalamnya. Ibnu Batthal menjelaskan, bahwa berdasarkan hadits ini, orang yang mengurus anak yatim akan mendapatkan kedudukan tertinggi di akhirat, yaitu bersama Rasulullah SAW.
Bersedekah dan menyantuni anak yatim di bulan suci Ramadlan merupakan salah satu perbuatan yang sangat mulia dan diberkahi. Sedekah memberikah keberkahan pada harta yang kita miliki. Hal ini sesuai dengan hadist Rasulullah SAW.:
Harta tidak akan berkurang karena shadaqah. Allah pasti akan menambah kemuliaan seseorang yang suka memaafkan. Juga tidaklah seseorang itu merendahkan diri karena Allah, melainkan ia akan diangkat pula derajatnya oleh Allah ‘Azzawajalla. (HR Muslim)
Salah satu kegiatan sederhana menyantuni anak yatim saat bulan suci Ramadhan adalah dengan mengajak mereka berbuka bersama. Kita dapat mengunjungi sebuah panti asuhan dan memberikan nasi kotak kepada mereka. Kegiatan seperti ini sebenarnya sangat mudah untuk dilakukan namun memang memerlukan niat dan keikhlasan yang besar. Mengajak anak yatim berbuka bersama sebenarnya sesuai dengan Qs. Al Baqoroh,2:220 yang artinya “Dan mereka bertanya kepadamu mengenai anak-anak yatim. Katakan lah, “Memperbaiki keadaan anak-anak yatim itu amat baik bagimu.” Dari ayat tersebut terlihat bahwa memberi makan anak yatim yang berpuasa akan memperoleh keutamaan yang besar.
Rasulullah saw juga telah memberikan bimbingan dan contoh suri tauladan kepada kita dalam rangka menghadapi datangnya bulan suci Ramadhan melalui doanya “ Ya Allah berkailah kami di bulan Rajab dan Sya’ban serta pertemukanlah kami dengan bulan suci Ramadhan”. Hadis ini memberikan sinyal kepada kita agar mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya sejak bulan Rajab, yaitu dua bulan sebelum datangnya bulan suci Ramadhan. Keberkahan yang diminta dalam hadis ini tentu meliputi semua persiapan dalam memnghadapi bulan Ramadahan, termasuk keberkahan dalam hal kesehatan fisik agar kuat berpuasa, keberkahan hati persiapan mental agar ikhlas dalam beribadah serta keberkahan ekonomi agar pada saat bulan Ramadhan bias focus konsentrasi berpuasa serta beribadah kepada Allah SWT. Beliau juga memberikan bimbingan untuk semangat bersedekah khususnya di bulab suci Ramadlan. Semangat beliau dalam bersedekah lebih membara lagi ketika bulan Ramadhan. Jibril menemui beliau setiap malamnya di bulan Ramadhan. Jibril mengajarkan Al-Qur’an kala itu. Dan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah yang paling semangat dalam melakukan kebaikan bagai angin yang bertiup.” (HR. Bukhari dan Muslim). (Ustad H. Maskhun,M.HI)
Leave a comment