lazdau-Semerbak Wangi Baiti Jannati 23 Aug, 2021

Semerbak Wangi Baiti Jannati

Semua mengingini agar rumah-tangga yang dibangunnya beraroma surgawi. Untuk itu, segenap anggota keluarga (terutama suami-istri) harus aktif dalam usaha mewujudkannya. Memang, rumah-tangga berkategori Baiti Jannati (Rumahku Surgaku) harus kita “undang” secara serius.

Pola dan Aroma

Apa saja di antara hal yang bisa menghadirkan Baiti Jannati (Rumahku Surgaku)? Hal yang bisa disebut paling awal, selalu hidupkan spirit dua ayat ini.Dan, di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang (QS Ar-Ruum [30]: 21). “Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka” (QS Al-Baqarah [2]: 187).

Bagaimana mengimplementasikan dua ayat di atas, agar rumah-tangga harmonis dan berbahagia, menebarkan semerbak wangi Baiti Jannati? Pertama, suami-istri harus saling memberikan rasa tenteram (sakinah), cinta (mawaddah) dan kasih-sayang (rahmah). Kedua, suami-istri harus saling memberikan perhatian istimewa bagi pasangannya.

Selanjutnya, dalam keseharian, jadikan pemahaman keagamaan yang benar dan pengamalan ibadah yang istiqomah sebagai landasan hidup berumah-tangga. Jangan andalkan materi untuk meraih bahagia. Sebab, tak jarang, tumpukan materi di rumah justru menjadi pengundang masalah yang berat.

Bahagia itu tidak melulu karena tersedianya berbagai fasilitas yang melimpah dan mewah. Tapi, bahagia datang bersamaan dengan hadirnya ketenangan jiwa di masing-masing anggota keluarga. Hal yang disebut terakhir itu akan mudah diraih jika dulu –si suami-istri- saat memilih pasangan telah berusaha mengikuti arahan Rasulullah Saw untuk menomorsatukan kriteria “karena agama” dan bukan “karena harta, nasab, atau ketampanan/kecantikan”.

Jika rumah-tangga dibangun di atas fondasi pemahaman keagamaan yang benar dan pengamalan ibadah yang istiqomah, kecuali di dunia mereka akan bahagia, maka sangat mungkin kelak di akhirat mereka juga akan dipertemukan kembali di Jannah / Surga. Perhatikanlah ayat ini: Mereka dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh (Surga), bertelekan di atas dipan-dipan(QS Yasin [36]: 56).

Berikutnya, kedepankan akhlaq yang baik di keseharian rumah-tangga. Sungguh, di antara penopang terpenting kokohnya sebuah rumah-tangga -setelah iman dan taqwa- adalah penomorsatuan akhlaq. Misal, di rumah-tangga kita hanya ada tutur kata nan lembut saja. Perhatikanlah ayat ini: Dan, bergaullah dengan mereka secara patut (QS An-Nisaa’ [4]: 19). Contoh lain, dalam menyelesaikan berbagai urusan dan masalah di rumah-tangga, suami-istri harus saling mengisi dan melengkapi. Perhatikanlah ayat ini: Dan, para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf (QS Al-Baqarah [2]: 228). Tentang ini, Rasulullah Saw telah memberikan teladan indah. Misal, Rasulullah Saw selalu membantu aktifitas kerumahtanggaan.

Kemudian, jadikanlah sabar dan syukur sebagai modal dalam menghadapi semua ujian hidup. Atas ujian yang tak akan pernah selesai, sebuah rumah-tangga akan selalu bahagia jika dapat menerapkan “rumus”, yaitu: Jika datang musibah maka bersabarlah dan andai datang nikmat maka bersyukurlah!

            Rumah-tangga harus kita rancang agar menjadi tempat yang paling menenteramkan. Orang yang beriman mengarahkan rumah-tangganya menjadi rumah ibadah, yang akan menghasilkan sebuah kondisi yang di dalamnya aturan Allah dan Rasul-Nya ditegakkan secara konsisten. Hal yang demikian ini, akan bisa menghadirkan ketenangan bagi semua penghuni di rumah itu. Tenang, karena selalu dalam suasana “Mendekatkan diri kepada Allah”.

Lihatlah Abu Darda’ Ra. Dia membuat sebuah mihrab –tempat ibadah- di rumahnya. Di mihrab itu dia menghidupkan malam-malamnya untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Di suatu hari, istrinya mendapat tamu perempuan. Si tamu melihat bekas tetesan air di mihrab.

“Wahai istri Abu Darda’. Mengapa engkau biarkan tetesan air itu membasahi mihrabmu?,” tanya si tamu.

            “Itu bukan air hujan, melainkan tetesan air mata Abu Darda’ setiap malam di sepanjang sujudnya. Dia menangis dan airmatanya mengalir karena rasa takut dan cintanya kepada Allah,” jelas istri Abu Darda’.

Mendengar jawaban itu, sang tamu terkesiap. Ternyata, di rumah yang difungsikan sebagai rumah ibadah, Abu Darda’ Ra sangat menikmati sujudnya hingga dia menangis.

Alhasil, rumah ibadah –di konteks ini- adalah rumah tempat kita banyak berbakti kepada Allah di dalamnya. Maka sungguh beruntung orang yang sering –atau selalu- bersujud di malam hari, lalu dia menangis karena merindukan sebuah pertemuan yang indah dengan Allah.

Sekarang, lihatlah Abu Bakar Ra! Beliau Ra mempola rumahnya sebagai rumah ilmu. Orang yang beriman mengarahkan rumahnya menjadi rumah ilmu. Akhir dari program itu –yaitu menjadikan sebagai rumah ilmu-, akan menghasilkan rumah yang di samping dipakai untuk shalat, juga untuk belajar beragam ilmu pengetahuan.

Mari, jadikan rumah kita sebagai rumah ibadah dan rumah ilmu. Contoh: Interior rumah, misalnya. Buatlah sedemikian rupa sehingga selalu bisa menyadarkan penghuninya untuk ingat Allah dan lalu mengibadahinya (dalam arti luas).

Raih, Raih!

Di dunia, kita bisa mengondisikan rumah-tangga agar beraroma surgawi. Tentu, di dalamnya akan ada bahagia yang bisa direguk oleh semua anggota keluarga. Kelak, di akhirat, keluarga “Beraroma Surgawi” ini berpeluang besar untuk bersama-sama menghuni Surga di derajat yang sama. Maka, tak ada pilihan lain, usahakan terus agar rumah-tangga kita di dunia bisa menjadi tangga menuju Jannah (Surga). [Oleh M. Anwar Djaelani]

 

 

0 Komentar

Leave a comment