Senantiasa Bawalah Bekal Takwa
Kita patut bersyukur atas semua karunia Allah yang tak terhitung. Terlebih lagi, saat Allah mempertemukan kita dengan Ramadhan. Itu, sungguh nikmat yang sangat luar biasa.
Nikmat luar biasa, karena di dalam Ramadhan kita diperintahkan untuk beribadah puasa. Sementara, tujuan ibadah puasa itu hebat yaitu agar kita menjadi pribadi yang bertakwa.
Benar, puasa akan menjadikan kita sebagai insan yang bertakwa. Mari ulang lagi, kita hayati ayat ini: “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (QS Al-Baqarah [2]: 183).
Bekal Terbaik
Saat takwa kita sudah dapatkan lantaran Allah ridha dengan ibadah puasa kita, bisa dipakai untuk apakah takwa itu? Ternyata, tak main-main. Dalam hal ini, setidaknya ada dua. Adapun kedua hal itu insya-Allah akan membuat kita bahagia di dunia dan di akhirat.
Pertama, takwa bisa menjadi bekal dalam menempuh perjalanan hidup kita di dunia ini. Cermatilah, Allah–pencipta kita-yang meminta agar menjadikan takwa sebagai bekal hidup. Perhatikanlah ayat ini: “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa” (QS Al-Baqarah [2]: 197).
Dalam kaitan ini, ada yang menarik. Bahwa dalam memberikan pelajaran, sering Allah menggunakan istilah yang akrab dengan keseharian kita. Hikmahnya, kita akan cepat faham dengan perintah dan larangan-Nya.
Coba rasakan, siapa gerangan yang tak tahu dengan kata dan makna “bekal”? Sila, siapa yang tak paham dengan istilah “bekal”? Semua, tanpa kecuali, tahu.
Mari ingat-ingatlah, saat kita masih kanak-kanak kala masih berusia di bawah lima tahun, misalnya. Pada saat diajak pergi oleh orangtua (terlebih jika jauh ke luar kota, misalnya), dapat dipastikan bahwa kita akan membawa bekal. Adapun bekal itu, bisa berupa makanan/minuman, baju, dan uang.
Lalu, saat kita di Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar, misalnya. Waktu itu, rata-rata membawa bekal ke sekolah. Bekal saat ke sekolah termasuk “perlengkapan standar” yang harus dibawa.
Ilustrasi di atas cukup bisa memberikan gambaran tentang nilai penting “bekal”. Terkait ini, semakin jauh sebuah perjalanan maka akan semakin banyak bekal yang harus dibawa.
Kita, dalam menjalani hidup di dunia ini, seperti menempuh perjalanan. Secara lengkap, perjalanan itu dari sejak lahir sampai meninggal. Tapi, perjalanan yang harus kita pertanggungjawabkan kelak di Hari Perhitungan adalah sejak kita mukallaf (terbebaninya kita dengan hukum-hukum Allah, yaitu sejak baligh hingga meninggal).
Di titik ini, sekarang sungguh mudah kita mengerti ketika Allah meminta kita untuk menjadikan takwa sebagai sebaik-baik bekal. “Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa”, demikian firman Allah.
Mengapa bekal itu harus berupa takwa? Sebab, dengan takwa kita akan selalu berhati-hati dalam menjalani kehidupan ini. Berhati-hati, yaitu agar kita tak melanggar syariat Allah. Berhati-hati, agar yang kita kerjakan hanya yang Allah perintahkan. Berhati-hati, supaya yang Allah larang kita tinggalkan.
Kedua, takwa-jika menjadi keseharian kita-akan menaikkan derajat kita di hadapan Allah. Orang yang selalu membawa takwa, dia berposisi sebagai yang paling mulia. “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu” (QS Al-Hujurat [49]: 13).
Jika begitu, siapa yang merasa tak beruntung atas adanya kewajiban berpuasa? Renungkanlah, di satu sisi Allah meminta untuk hanya menjadikan takwa sebagai bekal dalam perjalanan hidup kita. Sementara, di sisi lain dan pada saat yang sama, Allah menyediakan cara untuk mendapatkan takwa yaitu dengan berpuasa.
Apa artinya renungan di atas? Allah, lewat ajaran puasa, sangat ingin agar kita selamat dan bahagia hidup di dunia. Akan selamat, jika kita menjadikan takwa sebagai sebaik-baik bekal.
Lalu, sampai kapan bekal takwa kita bawa? Tentu saja sampai kematian menjemput kita. Lihatlah pelajaran dari Allah ini: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah (dengan) sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam” (QS Ali-‘Imraan [3]: 102).
Bawa, Bawalah!
Menjadi orang bertakwa adalah sebaik-baik keadaan. Merekalah yang paling dimuliakan Allah. Jika puasa Ramadhan berhasil mengantarkan kita ke predikat insan termulia itu, maka kita harus memertahankannya di sepanjang tahun.
Andai puasa Ramadhan berhasil membawa kita ke posisi insan termulia di hadapan Allah, maka kita harus memertahankannya di sepanjang hayat. Caranya? Antara lain, di tiap tahun saat Ramadhan tiba kita berpuasa. Saat berpuasa, lakukanlah sebagaimana yang Rasulullah Saw contohkan. Dengan cara itu, insya-Allah takwa kita akan selalu bersama kita di sepanjang hayat.
Alhasil, ada satu kesimpulan; Bawalah takwa kapanpun dan di manapun. Hanya dengan cara itu, insya-Allah kita akan bahagia di dunia dan di akhirat. []
Oleh : M. Anwar Djaelani
Leave a comment